watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Mansturbasi pertama vita

Nama saya Vita. Kisah saya sudah dua yang dibagi
di dalam 17Tahun tetapi diceritakan oleh teman saya
si Arthur. Kisah saya berjudul "Arthur: Ski, Snow &
Sex" dan "Arthur: Vita & Sex Pertama". Kali ini saya
ingin membagikan kisah saya secara tersendiri.
Nama asli saya bukan Vita, tetapi karena Arthur
sudah memakai nick name itu untuk saya, ya saya
tetap pakai nama Vita saja. Tinggi saya 168 cm,
putih, rambut sebahu, dan sejak SMP orang-orang
bilang saya mirip sekali dengan peragawati Donna
Harun. Awalnya saya bangga dibilang begitu karena
mirip peragawati tetapi lama kelamaan saya menjadi
segan.
Pernah bulan lalu, mungkin karena saking miripnya
dengan si Donna, seorang wartawan Infotainment
melihat saya sedang Jalan-jalan di Plaza Senayan
dan ia langsung menghampiri saya dan
menanyakan sesuatu tentang fashion. Saya awalnya
terheran-heran tetapi langsung saya bilang, "Salah
orang, Mas!" hehehe..
*****
Saya suka sekali masturbasi. Sejak SMP gairah seks
saya tinggi sekali. Tetapi saya bisa meredam gejolak
seks saya. Saya dibesarkan di lingkungan keluarga
yang taat beragama. Pertama kali masturbasi terjadi
ketika saya sudah lulus SMP. Waktu itu saya dan
teman-teman (laki dan perempuan) sedang
nongkrong di rumah teman setelah seharian
mengurus STTB.
Si Harry datang dan membawa sebuah kaset video
porno dan langsung menyetel film itu di rumah
temanku. Kami semua langsung menonton. Saya
sendiri baru pertama kali menonton film porno dan
ada perasaan jijik dan bergairah. Setelah selesai
menonton film, kami pun pulang ke rumah. Karena
saya membawa mobil sendiri, saya mengantar
Harry dan 3 orang teman ke halte bis terdekat.
Setiba di rumah, saya memarkir mobil di garasi lalu
sebelum keluar dari mobil perhatian saya tertuju
pada kaset video yang tergeletak di jok mobil bagian
belakang. Rupanya kaset itu terjatuh dari tas Harry.
Segera saya masukkan video itu ke tas saya lalu
saya langsung masuk kamar. Saat itu sudah jam
21:30, kedua orang tuaku sudah tidur.
Saya bergegas mandi lalu mengganti baju. Setelah
itu dengan deg-degan, saya memutar film porno itu
di kamar saya karena kebetulan saya punya TV dan
video player sendiri. Dengan penuh minat, saya
perhatikan adegan-adegan ML, saya perhatikan
bentuk kelamin pria dan wanita. Saya bisa lebih
santai melihatnya dibandingkan tadi sore karena
malu apabila terlihat terlalu serius.
Ada satu adegan dimana si wanita sedang rebahan
di tempat tidur dalam keadaan telanjang. Si wanita
memainkan jarinya di selangkangan dan
payudaranya sambil mendesah dengan penuh
nikmat. Saya menjadi penasaran untuk mencoba.
Saya selipkan tangan kananku ke dalam celana
dalamku lalu meraba vagina. Saya tidak merasakan
kenikmatan. Kemudian saya perhatikan si wanita itu
membuka bibir vaginanya. Saya lalu mencoba
membuka bibir vaginaku dengan jari telunjuk dan
jari tengah lalu tangan kiriku mulai mengusap
vaginaku. Sontak tubuhku langsung seperti
disetrum.
Saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar
biasa. Saya mencoba memainkan klitoris. Saya elus,
putar dan pilin. Oh nikmatnya! Nafas saya mulai
mendesah-desah kenikmatan seperti si wanita itu.
Akhirnya saya langsung membuka semua bajuku
dan tidur telanjang bulat di tempat tidur. Kembali
tangan kananku memainkan klitoris sedangkan
tangan kiriku meremas-remas payudaraku yang
saat itu berukuran 34A. Rasanya seperti
mengawang di surga. Nikmatnya tiada tara.
Saya mulai mempercepat gerakan jariku di klitoris,
semakin cepat hingga akhirnya tubuhku seperti
kembali disengat listrik. Tubuhku mengejang. Ada
rasa lega yang tidak bisa saya lukiskan. Vagina dan
selangkanganku basah dengan cairan. Saya
merasakan si wanita di film itu juga merasakan hal
yang sama dengan saya. Si wanita itu menjilat
jarinya yang basah oleh cairan dari vaginanya. Saya
mencoba menjilat jariku, rasanya sedikit asin.
Setelah masturbasi pertama itu, saya tertidur
dengan nyenyak. Sekitar jam 3 pagi, saya terbangun
dan kembali hasrat seks saya bangkit kembali dan
saya kembali bermasturbasi.
Semenjak itu, saya senang sekali bermasturbasi
hingga saya pertama kali ML seperti yang sudah
diceritakan dalam "Arthur: Vita & Seks Pertama".
Umumnya saya masturbasi hanya dengan tangan.
Saya mencoba memakai ketimun tetapi kurang bisa
saya nikmati karena terasa aneh di vaginaku.
Pada waktu saya kelas 1 SMA di tahun 1990, ada
sebuah long weekend karena ada hari libur nasional
yang jatuh pada hari Sabtu. Orang tua saya
meminta saya untuk menemani mereka ke
Singapore untuk check up. Akhirnya berangkatlah
kita bertiga ke Singapore. Kami menginap di hotel
Mandarin dan orang tua saya check up di Rumah
Sakit Mount Elizabeth. Orang tua saya perlu
melakukan beberapa tes kesehatan yang bisa
memakan waktu beberapa jam.
Daripada bosan menunggu di rumah sakit, saya
minta ijin untuk Jalan-jalan ke Orchard Road dan
nanti janjian ketemu di hotel. Di sepanjang Orchard
Road, saya keluar masuk toko-toko hingga saya
menjumpai sebuah toko kecil yang menjual
peralatan-peralatan untuk seks. Saya baru pertama
kali melihat toko itu dan dengan terheran-heran saya
masuk ke dalam.
Berbagai macam kondom dijual dan dipajang di rak-
rak. Buku-buku seputar seks bahkan dildo juga
dijual. Dildo adalah penis tiruan terbuat dari karet
yang dipakai wanita untuk masturbasi. Bentuknya
bermacam-macam. Ada dildo yang dibuat mirip
sekali dengan penis, ada dildo yang dibuat
berbentuk tabung oval stainless steel, bahkan ada
juga dildo yang dibuat bercabang sehingga si wanita
bisa memasukkannya ke dalam vagina dan anusnya
secara bersamaan. Awalnya saya mau nekat
membeli dildo yang bercabang tetapi saya urungkan
niat itu dan saya pilih dildo yang mirip penis asli.
Saya berjalan menuju kasir. Di sebelah saya ada
seorang pria tinggi dan tegap dengan potongan
rambut cepak. Ia berkata kepadaku..
"Jangan lupa beli jel pelumas karena nanti bisa lecet"
seraya menunjuk ke botol yang dipajang dirak.
Sambil tersenyum malu, saya menghampiri rak
botol jel pelumas dan mengambil satu.
"Kamu orang Indonesia ya?" kata pria itu dalam
bahasa inggris.
"Iya, kok tau?" saya membalas dengan bahasa
inggris.
"Banyak orang Indonesia disini, saya bisa
membedakannya. Nama saya Richard Chen"
"Saya Vita"
Richard membayar ke kasir satu kotak kondom lalu
saya kemudian membayar dildo dan botol jel.
Selesai membayar, Richard memberikan kartu
namanya padaku dan berkata.
"Kalau anda perlu bantuan dalam memakai barang
itu, saya bersedia membantu"
"Nanti saya pikirkan" kata saya sambil menerima
kartu namanya. Setelah itu kami berpisah.
Dengan tergesa-gesa saya berjalan kembali ke Hotel
Mandarin. Setiba di kamar (saya tidur di kamar
sendiri), saya langsung membuka bungkusan dildo
dan botol jel. Kemudian saya membuka seluruh
bajuku dan telanjang bulat di tempat tidur membaca
petunjuk pemakaian yang tertera di kotak dildo.
Saya memperhatikan dengan seksama dildo itu.
Memang sangat mirip dengan penis asli. Bentuknya
cukup besar sekitar 30 cm, diameter 4cm dan
berwarna coklat muda. Saya berpikir apakah ini
muat dalam vagina saya? Mari kita coba!
Saya merebahkan diri di tempat tidur lalu membuka
lebar kakiku kemudian dildo saya arahkan ke
vaginaku. Tak lupa saya oleskan jel pelumas di
seluruh dildo kemudian saya mulai masukkan
dengan perlahan ke vagina. Awalnya agak seret
tetapi dengan sabar saya masukkan hingga mentok
diujung vagina. Setelah itu saya mulai tarik lagi
keluar.
Saya menikmati setiap senti dari dildo yang masuk
dalam vaginaku. Mataku terpejam menikmati
sensasi ini. Setelah dildonya keluar semua, kembali
saya masukkan dan kali ini lebih cepat. Akhirnya
vagina saya sudah terbiasa dengan dildo itu
sehingga saya bisa mengocok dildo dengan cepat.
Nafas saya memburu dengan cepat. Keringat saya
mengucur disekujur tubuhku. Payudara kuremas-
remas sembari mengocok dildo di vagina.
Ada sekitar lima menit saya memainkan dildo itu
dalam vaginaku hingga saya orgasme pertama.
Setelah itu saya membalikkan badan dalam posisi
menungging dan memasukkan dildo dari arah
belakang. Saya melihat bayangan tubuhku di cermin
yang digantung di atas meja. Saya merasa seksi
sekali. Mulutku terbuka lebar dan mataku setengah
terpejam menikmati dildo yang dimasukkan ke
vaginaku dari arah belakang.
Saya merapatkan kedua belah kakiku hingga dildo itu
rasanya bisa saya tekan dengan kuat dengan otot
selangkanganku. Payudaraku yang bergelantungan
tampak bergoyang-goyang mengikuti irama
gerakanku. Beberapa menit kemudian, kembali saya
orgasme. Saya langsung roboh ke kasur. Tubuhku
basah oleh keringat. Cairan vaginaku membasahi
sedikit sprei tempat tidur. Saya beristirahat sejenak
sementara dildo itu masih di dalam vaginaku.
Saya lalu mendapat ide baru. Saya mengeluarkan
dildo itu dari vagina lalu saya mengambil kursi. Kursi
itu mempunyai sandaran yang dibuat dari beberapa
kayu yang tegak lurus dan ada jarak dari antara satu
kayu ke kayu lain. Saya selipkan dildo itu di antara
kayu itu. Karena ukuran dildo yang besar, maka
dildo itu bisa diselipkan dan tidak bergoyang sama
sekali. Dildo itu mengacung membelakangi kursi.
Saya lalu menggeser kursi itu ke arah meja rias. Lalu
saya menungging bertopang pada meja rias
sedangkan vagina kuarahkan pada dildo.
Saya melihat posisiku yang cukup lucu karena saya
berada dalam posisi doggy style dan dildo itu
ditopang dalam sandaran kursi. Lalu mulai kembali
saya perlahan memaju mundurkan pantatku. Dildo
bisa masuk dengan baik dan kursinya sendiri tidak
bisa bergeser kemana-mana karena tertahan oleh
tempat tidur. Saya mulai mempercepat irama
gerakanku. Gairah seksku seperti tiada hentinya
bergelora dalam diriku. Sepertinya dildo ini bisa
memahami keinginan seksku yang tinggi.
Berkali-kali saya hunjamkan dildo itu ke dalam
vaginaku. Vaginaku terasa berdenyut-denyut
menerima sensasi seks yang diterima dari dildo itu.
Nafasku tersengal-sengal. Rambutku berantakan dan
keringat kembali bercucuran di dadaku. Saya
meremas kedua belah payudaraku dengan gemas
sembari terus memacu vaginaku dalam dildo itu.
Saya ingat waktu itu dalam tempo waktu 15 menit
bersetubuh dengan dildo dalam posisi tersebut,
saya orgasme kurang lebih 6 kali.
Akhirnya saya berhenti karena kecapaian. Saya
melepaskan dildo itu dari vaginaku dan
mencopotnya dari sandaran kursi. Saya
membaringkan tubuhku yang lunglai di tempat tidur
lalu tertidur selama 1 jam. Begitu terbangun, saya
langsung buru-buru membereskan kamarku dan
membuang bungkusan dildo dan jel pelumas. Dildo
itu sendiri saya cuci lalu saya bungkus didalam kaos
beserta botol jel pelumas supaya tidak ketahuan
ibuku.
Saya melihat kartu nama si Richard di tasku. Sempat
terlintas ide untuk menelepon dia dan siapa tahu bisa
diajak bersetubuh. Tetapi saya urungkan niat itu
karena beresiko tinggi ketahuan orang tua. Lagipula
saat ini saya sedang senang bermain-main dengan
dildo baruku.
Hingga sekarang, saya sudah memiliki tiga buah
dildo. Yang pertama adalah dildo pertama yang saya
beli di Singapore, kemudian dildo yang model
bercabang dan ketiga dildo yang bisa bergetar
sendiri memakai baterai. Kedua dildo itu saya beli di
Amerika.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/1981
U-ON

inc Powered by Xtgem.com